Israel Diduga Siapkan Skenario Baru di Suriah
Militer Suriah baru-baru ini melaporkan temuan mengejutkan di kawasan pegunungan Mani. Aparat keamanan menemukan sebuah perangkat penyadap canggih yang diduga kuat dipasang oleh Israel. Penemuan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena menandakan Israel memiliki akses dan kemampuan untuk masuk jauh ke wilayah pertahanan Suriah.
Tak lama setelah temuan tersebut, laporan menyebutkan enam tentara Suriah tewas dalam sebuah serangan drone dan pasukan khusus melalui helikopter Israel. Serangan ini dipandang sebagai pesan keras agar Suriah tidak berusaha mempertahankan diri dari serangan dan hegemoni Israel serta menjauhkan hubungannya dengan Turkiye. Hubungan Damaskus dan Ankara yang kian mencair dalam beberapa bulan terakhir tampaknya menjadi perhatian serius bagi Tel Aviv.
Pengamat militer menilai serangan itu bukan hanya operasi taktis, melainkan juga sinyal strategis. Israel ingin menunjukkan bahwa ia mampu menembus benteng Suriah dan bahkan melumpuhkan aparat keamanan di wilayah yang seharusnya terlindungi. Pesan ini disampaikan melalui darah para tentara Suriah yang gugur di garis depan.
Skenario semacam ini bukan hal baru. Israel sudah lama dikenal piawai melakukan operasi pembunuhan mematikan terhadap tokoh-tokoh penting di kawasan. Di Yaman, misalnya, serangan udara menewaskan Ahmad Ghalib Al-Rahawi, Perdana Menteri Yaman versi Sanaa. Serangan itu juga menewaskan sejumlah menteri yang sedang berada dalam satu lokasi bersamanya.
Kematian Al-Rahawi sempat dirahasiakan oleh pihak Houthi selama tiga hari. Penundaan itu dianggap sebagai strategi untuk konsolidasi internal dan mobilisasi massa. Namun, publik akhirnya mengetahui bahwa salah satu pucuk pimpinan pemerintahan Houthi telah benar-benar dieliminasi.
Dampak serangan di Yaman langsung terasa ke seluruh kawasan. Para analis menilai serangan ini menandai perubahan strategi, di mana target bukan lagi infrastruktur militer atau gudang senjata, melainkan para pemimpin politik dan tokoh kunci. Hal ini menimbulkan preseden berbahaya karena membuka kemungkinan skenario serupa di Suriah.
Jika seorang perdana menteri Houthi bisa dieliminasi lewat serangan udara, dengan jarak yang jauh, maka tokoh-tokoh penting Suriah pun tak menutup kemungkinan menjadi target berikutnya. Israel diyakini memiliki kemampuan intelijen dan militer yang cukup untuk melaksanakan operasi serupa di Damaskus maupun di pusat kekuasaan Suriah lainnya. Sebelumnya seorang juru bicara milisi Druze Suriah pro Israel telah mengumumkan akan ada peristiwa besar dalam waktu dekat mengenai operasi bersama Israel dan Druze ke Damaskus.
Pakar strategi Timur Tengah, Dr. Adel Masni, menyebut bahwa serangan ke Yaman merupakan uji coba untuk model operasi baru Israel. Target personal dipilih untuk melemahkan moral sekaligus menciptakan kekacauan internal.
Model ini tentu bisa dengan mudah diterapkan di Suriah dan wilayah lain yang dianggap menjadi ganjalan dalam proyek neo kolonialisme Greater Israel.
Hal senada diungkapkan oleh Dr. Ali Al-Dhahab yang melihat adanya kerentanan di tubuh militer Suriah. Menurutnya, temuan alat penyadap di pegunungan Mani hanyalah puncak dari gunung es. Jika perangkat itu bisa dipasang tanpa terdeteksi, berarti sistem keamanan Suriah sudah lama ditembus.
Sementara itu, jurnalis Suleiman Al-Maqrami menilai serangan di Yaman memang tidak langsung menyasar elite paling kuat dalam lingkaran Houthi. Namun tetap saja, peristiwa itu memperlihatkan bagaimana Israel dapat mengeksekusi operasi pembunuhan dengan presisi tinggi. Suriah, dalam pandangannya, tidak bisa merasa aman dari ancaman serupa.
Serangan di Yaman dan potensi operasi di Suriah juga terkait dengan strategi besar Israel di kawasan. Tujuannya adalah memecah belah, melemahkan, dan menekan kekuatan yang tak mendukung hegemoni Israel di Timur Tengah. Baik Houthi di Yaman maupun pemerintahan Presiden Ahmed Al Sharaa Suriah sama-sama berada dalam orbit yang bakal dieliminasi. Houthi ditarget karena dukungan kepada warga Palestina di Gaza yang sedang mengalami genosida oleh Israel, sementara Suriah ditarget karena dianggap belum tunduk pada neo-kolonialisme Greater Israel.
Analisis geopolitik menyebutkan bahwa setiap kali warga Yaman menyuarakan dukungan mereka kepada warga Gaza yang sedang sedang dibantai, Israel selalu merespons dengan serangan taktis. Hal ini menunjukkan adanya pola yang konsisten: menjaga pihak yang tak setuju dengan genosida Israel di Gaza tetap sibuk menghadapi ancaman internal.
Konteks ini makin rumit dengan keterlibatan Turkiye. Suriah saat ini sedang memperkuat hubungan dengan Ankara. Bagi Israel, skenario tersebut berpotensi menciptakan front baru yang merugikan kepentingannya. Oleh karena itu, pesan berupa serangan dan penyadapan dipandang sebagai upaya untuk meredam arah baru diplomasi Suriah.
Beberapa sumber intelijen independen bahkan menyebut operasi penyadapan di Suriah bisa jadi sudah berlangsung lama. Israel diduga memantau komunikasi militer Suriah secara intensif, menunggu waktu tepat untuk melancarkan serangan dengan dukungan proksi seperti SDF Kurdi dan milisi Druze pimpinan buronan Al Hajri.
Dengan preseden yang sudah terjadi di Yaman, kepercayaan diri Israel semakin besar. Mereka terbukti mampu melumpuhkan tokoh politik penting tanpa harus mengirim pasukan darat. Serangan udara presisi dianggap cukup untuk mencapai tujuan strategis. Apalagi genosida Israel di Gaza mendapat dukungan di balik layar dari AS dkk, PBB juga lumpuh tak bisa melakukaan apa-apa.
Namun, para pengamat memperingatkan bahwa langkah Israel bisa memicu eskalasi luas. Dunia bisa saja tak akan menerima jika Israel mengeliminasi semua kepala negara dan pemerintahan di kawasan jika tidak tuntuk pada hegominya.
Meski demikian, banyak pihak melihat Israel sedang memanfaatkan momentum. Ketegangan global membuat perhatian dunia terpecah, sementara kawasan Timur Tengah tetap berada dalam pusaran konflik lama yang tak kunjung selesai. Israel mengambil kesempatan untuk memperkuat dominasinya.
Situasi ini menempatkan Suriah pada posisi dilematis. Di satu sisi, Damaskus ingin memulihkan hubungan dengan Turkiye demi stabilitas internal. Di sisi lain, Suriah harus menghadapi ancaman militer Israel yang bisa menyerang kapan saja, dan sudah dilakukan berkali-kali.
Bagi publik Suriah, temuan alat penyadap di pegunungan Mani menjadi alarm bahaya. Mereka menyadari bahwa ancaman bukan lagi hanya berupa serangan udara konvensional, tetapi juga operasi rahasia yang bisa menjatuhkan pemimpin mereka sewaktu-waktu.
Israel telah membuktikan kemampuannya di Yaman. Kini, pertanyaan yang muncul adalah: akankah skenario serupa segera dimainkan di Suriah?
Israel Diduga Siapkan Skenario Baru di Suriah
Reviewed by Admin2
on
5:00 AM
Rating:







Post a Comment